Studi Komparasi Pengelolaan Sampah di Kabupaten Banyumas Dengan Kota Tangerang
Abstract
Tulisan ini merupakan naskah akademik yang berisikan pemahaman mengenai sistem pengolahan sampah di Kabupaten Banyumas yang terkenal terbaik di Indonesia dan merupakan satu dari 13 kota atau Kabupaten di-ASEAN yang berhasil dalam bidang Smart Green ASEAN. Tujuan dari tulisan ini tentu saja agar menjadi bahan kajian yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas sistem pengolahan sampah di Kota Tangerang. Perbedaan yang mendasar dari sistem pengolahan sampah di Banyumas dan di Tangerang terletak pada peran Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS). Di Tangerang, TPS yang menjadi tempat penampungan sementara sampah masyarakat/rumah tangga langsung dikirim menggunakan truk sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing. Berbeda dengan hal tersebut, kunci keberhasilan pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas terletak pada Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang dalam hal ini sama dengan TPS. Sampah di TPST ini dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk diolah menjadi media budidaya magot, dijual sebagai bahan baku Reused Derived Fuel (RDF) dan residu yang tidak terolah baru akan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA-BLE) atau di bakar menggunakan mesin pirolisis. TPA-BLE juga berbeda dengan TPA biasa seperti Rawa Kucing. TPA Rawa Kucing merupakan tempat terbuka penampungan sampah TPST, sedangkan TPA-BLE merupakan hangar tertutup untuk dapat mengolah kembali residu yang dikirimkan TPST menjadi bahan budidaya magot, RDF dan Paving. Kalaupu masih ada sisa sampah berupa residu, residu tersebut akan dibakar di mesin pirolisis yang ada di TPA-BLE. Metode yang digunakan dalam menulis naskah ini adalah studi literature dengan sumber yang dituliskan dalam daftar pustaka dengan menggunkan sedikit teori mengenai menejemen pengelolaan sampah.
Kata Kunci: Zebra Cross, Pejalan Kaki, Efektivitas Zebra Cross
This paper informs us the system of waste management that running of Banyumas Regency. We know that Banyumas Regency awarded by Indonesia Government as the best region to management waste among regions in Indonesia. Banyumas also awarded as 1 of 13 regions in ASEAN that success in smart green sector. The aims of this paper is to enhance the waste management of Tangerang that factually until now, we seeing not yet reflected as smart green sector. Key of success Banyumas Regency to management of their own waste is on the strategic function of what we call as TSPT. TPST is an area that collected waste from society or in Tangerang, this area is same as TPS, which is mean as an shelter area of waste before deliver to Terminal area of waste called TPA. TPST in Banyumas is not just a shelter area of waste, but also at there, a group of independent society known as KSM produce waste into goods with add value. Some products that success produced we can say like material for harvest magot, material for RDF, which is an alternative fuel to substitute coal, and all this activities not found at TPS in Tangerang. The rest of waste at TPST burned with a burning machine known as pirolisis. So, in this stage, there is no waste again at TPST due to all wastes produced into economic goods. Even though there is still any rest of waste that has to delivered to TPA (in Banyumas called as TPA-BLE), the amount of waste not over than 9 percent. This is the big different waste management in Tangerang, which is at TPA just a terminal area with minimum process to change waste into economic goods. The method that we used to write this paper using literature approach with a little the theory of waste management and references can read in reference part.
Keywords: Waste, Management, TPA-BLE, Banyumas,Tangerang
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Jurnal Pembangunan Kota Tangerang
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.